Dibalik pandemi ada bumi yang pulih
“Cepat
sembuh bumiku”. Kurang lebih begitulah story juga postingan segelintir orang
dalam merespon pandemi covid-19 ini. Hal yang justru berbanding terbalik
menurut perspektif pribadi saya. Siapa yang sebenarnya sakit? Bumi atau manusianya?
Atau mungkin kita sedang keliru saja dalam menanggapi pandemi ini karena
dirundung kepanikan, dan semoga bukan asal berbuat agar trending atau agar
memperoleh pujian responsive dari viewers juga followers.
Jika berkaca pada media informatif yang
menafsirkan kondisi bumi saat ini, yang dimana berkurangnya polusi dan elusi
yang diakibatkan pabrik industri juga beberapa kendaraan yang tidak ramah
lingkungan. Lapisan ozon yang perlahan pulih juga satwa liar hutan dan laut
yang kembali lompat girang kesana kemari karena pengurangan aktivitas
pengeboman dan penebangan liar. Dan masih banyak hal positif lain yang
dirasakan bumi. Seolah bumi sedang bernapas lega dari lelah menahan sakit
akibat ulah manusia yang membenarkan segala cara atas nama kemakmuran.
Dari beberapa informasi ini saya mengambil
kesimpulan, kalau masa pandemi ini kitalah manusia saat ini yang sedang sakit
atau terkena dampak negatif dari pandemi ini, sedangkan bumi berada
pada masa proses
pemulihan atau lebih tepatnya terkena dampak positif dari pandemi covid-19 ini.
Bagaimana tidak? Manusia kini dikelilingi rasa takut karena virus yang
mematikan ini. Silaturahmi kaum kapitalis yang tak henti menindas kaum buruh
seolah menemui jalan buntu untuk meraih profit sebesar-besarnya
dalam proses produksinya
karena wabah pandemi ini. Kejadian ini tentu jadi momok bagi
dunia, negara, ataupun manusia yang dalam ini mengalami anjlok perekonomian
dikarenakan pembatasan aktivitas dalam rangka memutus penyebaran virus. Meskipun
sebagian masih ada yang memanfaatkan situasi ini dengan curang seperti penimbunan
masker, handzanitizer dan banyak lagi. Tapi dibalik pandemic ini ada hikmah
yang lupa kita syukuri. Dimana bumi berangsur membaik karena pembatasan
aktivitas manusia.
Dikesempatan kali
ini saya lebih sepakat kepada beberapa kelompok religius yang mengatakan kalau pandemi
ini adalah teguran dari tuhan. Bahwa setiap kejadian ada hikmahnya. Mungkin saat
kita sedang diperhadapkan dengan teguran atas keserakahan kita terhadap bumi
yang telah menghidupi manusia sejak generasi pertama sampai saat ini. Kita yang
selama ini terus-terusan dalam meningkatkan kemakmuran hidup tapi
mengenyampingkan keselamatan bumi dan habitatnya. Mengutip quote dari Eric Wainer
“ketika pohon terakhir ditebang, ketika sungai terakhir dikosongkan, ketika ikan
terakhir ditangkap,barulah manusia akan menyadari bahwa uang tidak bisa dimakan”.
Dibalik pandemi
ada bumi yang pulih. Semoga badai cepat berlalu dan kesalahan yang lalu sudah
harus berlalu. Bahwa setelah ini kita harus bergerak bersama melestarikan. Jika
berat setidaknya jangan merusak dan terus mengumandangkan jagalah alam
sekitarmu, itu sudah sangat membantu.
Semoga kita semua adalah orang-orang yang
senang melihat bumi sehat. Adalah orang-orang yang peduli dampak panjang
terhadap setiap perlakuan kita terhadap bumi. Adalah orang-orang yang panik ketika
bumi sedang tidak diperlakukan dengan sewajarnya. Dan adalah orang-orang yang
mengenyampingkan kemaslahatan pribadi atau golongan daripada kemaslahatan
bersama. Tidak mudah tapi juga tak sulit. Mulailah dari diri sendiri.
Mantap memang👏👍
BalasHapusiye
HapusMungkin bisa di jelaskan terkait dengan yg mana sebenarnya bumi sehat itu...karna dalam isi opininya juga menjelaskan bahwa negara, masyarakat semua mengalami dampak dari Pandemik Corona virus.
BalasHapuspembatasan aktivitas yang dilakukan pemerintah mengharuskan pabrik dan kendaraan penyebab polusi jg elusi hrus dikurangi bahkan diberhentikan aktivitasnya sehingga udara, air, dan tanah mengalami proses pemulihan dari pencemaran,atau bagaimanakah
Hapus