Senin, 09 Mei 2022

Puisi "muda-mudi'



Masa muda masa meramu

memilah-milah memilih -milih

tangan memegang ini lidah mengecap itu

tubuh berhasil mengeja hal baru

seluruh yang abu-abu


melaju melawan arus

kau begitu batu menentang jatuh

semoga tidak lupa kabur

lalu pulang tidak sebagai benalu

Read More

Sabtu, 02 Mei 2020

esai "regulasi intimidasi bersampul solusi"



Regulasi intimidasi bersampul solusi

   “Pembatasan aktivitas sosial” begitulah kira-kira wajah atau tampilan kebijakan yang diambil oleh pemerintah dalam merespon pandemi covid-19 ini. Namun bisakah seluruh lapisan masyarakat menyambut hangat kebijakan ini? Sebelum menjawabnya mungkin kita telaah dulu himbauan  social disctancing yang dimaksud pemerintah. Serupa seruan lelaki kepada kekasihnya untuk tidak tidur terlalu larut karena mengganggu kesehatannya. Himbauan tetaplah hanya sebatas himbauan, bukan soulusi. Si kekasih mungkin akan tetap melanggar larangan begadang lantaran perutnya keroncongan dikarenakan uang jajannya harus dilarikan kepembelian paket internet agar bisa hadir diperkuliahan online. Atau sikekasih akan tetap mempertaruhkan kesehatannya dengan begadang karena ada tugas yang belum diselesaikan atau urusan lain yang harusnya si lelaki pahami agar menemukan kunci untuk penyuksesan himbauannya terebut. Selain itu ada lagi pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang dilakukan oleh wilayah yang memenuhi syarat dan disetujui pemerintah pusat. Inti dari kebijakannya adalah pembatasan aktivitas sosial tanpa memenuhi kebutuhan masyarakat yang berbeda dengan lockdown atau karangtina.

    Jika kembali kepada pertanyaan sebelumnya, mampukah seluruh masyarakat menyambut kebijakan pemerintah? Mungkin buruh formal seperti guru,dosen, staf kantor dan lain-lain  masih bisa melakukan work from home dengan santai karena ada tabungan darurat dan fasilitas memadai dirumahnya. Namun apakah negara pernah menyempatkan dirinya melirik buruh informal seperti tukang becak, pedagang asongan, dan lain-lain? Akankah pemerintah peduli terhadap buruh ini seperti pedulinya menjaga kestabilan ekonomi negara?

    Psbb adalah bentuk kegagalan pemerintah dalam mewujudkan salah satu cita-cita negara yaitu mewujudkan kesejahteraan umum. Buruh adalah salah satu motor penggerak ekonomi bangsa. Dari otot dan otaknya negara mampu hadir dalam dunia persaingan. Namun terjadinya phk dimana-mana adalah bukti kegagalan pemerintah dalam melindungi buruh yang sama saja gagal melindungi perekonomian. Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Energi Provinsi DKI Jakarta mencatat 14.697 perusahaan telah merumahkan 13.279 buruh.

   Buruh informal yang harus menyambung hidup dengan bekerja dilapangan secara  fisik harus terkena imbas dari kebijakan pembatasan aktivitas sosial ini. Kebijakan yang dianggap solusi bagi pemerintah dalam memutus rantai penyebaran virus adalah sebuah intimidasi nyata bagi kaum buruh. Saya menilai kebiakan ini tidak dilakukan diskusi yang sampai keakar permasalahan. Kebijakan yang tidak disertai perlindungan  dan pemenuhan hak hidup bagi pekerja atau buruh. Pemerintah seolah menyuruh kita lari tapi dia memegang erat kaki kita. Dengan mematuhi peraturan tersebut, buruh mungkin akan terhindar dari virus corona tapi efek samping dari semua itu adalah buruh akan diseret ke virus atau penyakit  baru yaitu kelaparan.

   Dewan perwakilan rakyat  (DPR) pun yang mengatasnamakan dirinya sebagai penampung aspirasi rakyat  masih sibuk mencari celah meloloskan uu omnibus law. salah satu isinya membahas tentang UU ketenagakerjaan yang didalamnya terdapat banyak kejanggalan. Diantaranya menghapus upah minimum, pesangon dan lain-lain. Jelas terlihat penindasan pemerintah dalam UU tersebut yang memangkas hak buruh dan memanjankan investor.

    Bangsa yang besar adalah bangsa  yang menghargai buruh. Bangsa yang memanjakan investor hanya akan memperbesar perut binatang berwujud manusia(kapitalis) yang rakus dan tak henti mengeksploitasi buruh. Pemerintah mungkin tahu kalau tugas negara adalah bersatu dan adil, mewujudkan kesejahteraan umum, menjaga ketertiban dan lain-lain tapi hanya sebatas tahu, minim cara untuk merealisasikan bahkan parahnya kadang melenceng.  

   Dalam hal ini pemerintah sebagai pemangku kebijakan tertinggi sudah sewajibnya mengkalkulasi kebijakan yang akan dikeluarkan. Seluruh regulasi harus dipertimbangkan dampaknya terhadap semua lapisan masyarakat. Semoga hak buruh informal yang langganan memperoleh efek samping  kebijakan  pemerintah tak lagi dikesampingkan. Semoga tidak ada lagi regulasi bersampul solusi tapi berisi intimidasi. Dan semoga kita semua tekhusus buruh tidak terlalu larut kesewenang-wenangannya. Kita yang selama ini lebih mudah meramalkan kapan terjadinya kiamat daripada kapan berakhirnya pemerintah dan kapitalis berhenti memangkas hak buruh. Sebagai penutup, saya mengutip kata Rosa Luxemburg “dibalik setiap fasisme adalah revolusi buruh yang dikalahkan .” karena pilihannya hanya dua: sosialisme atau barbarisme.

 


Read More

Kamis, 30 April 2020

esai "dibalik pandemi ada bumi yang pulih"




Dibalik pandemi ada bumi yang pulih


   “Cepat sembuh bumiku”. Kurang lebih begitulah story juga postingan segelintir orang dalam merespon pandemi covid-19 ini. Hal yang justru berbanding terbalik menurut perspektif pribadi saya. Siapa yang sebenarnya sakit? Bumi atau manusianya? Atau mungkin kita sedang keliru saja dalam menanggapi pandemi ini karena dirundung kepanikan, dan semoga bukan asal berbuat agar trending atau agar memperoleh pujian responsive dari viewers juga followers.
   Jika berkaca pada media informatif yang menafsirkan kondisi bumi saat ini, yang dimana berkurangnya polusi dan elusi yang diakibatkan pabrik industri juga beberapa kendaraan yang tidak ramah lingkungan. Lapisan ozon yang perlahan pulih juga satwa liar hutan dan laut yang kembali lompat girang kesana kemari karena pengurangan aktivitas pengeboman dan penebangan liar. Dan masih banyak hal positif lain yang dirasakan bumi. Seolah bumi sedang bernapas lega dari lelah menahan sakit akibat ulah manusia yang membenarkan segala cara atas nama kemakmuran.
    Dari beberapa informasi ini saya mengambil kesimpulan, kalau masa pandemi ini kitalah manusia saat ini yang sedang sakit atau terkena dampak negatif dari pandemi ini, sedangkan bumi berada pada masa proses pemulihan atau lebih tepatnya terkena dampak positif dari pandemi covid-19 ini. Bagaimana tidak? Manusia kini dikelilingi rasa takut karena virus yang mematikan ini. Silaturahmi kaum kapitalis yang tak henti menindas kaum buruh seolah menemui jalan buntu untuk meraih profit sebesar-besarnya dalam proses produksinya karena wabah pandemi ini. Kejadian ini tentu jadi momok bagi dunia, negara, ataupun manusia yang dalam ini mengalami anjlok perekonomian dikarenakan pembatasan aktivitas dalam rangka memutus penyebaran virus. Meskipun sebagian masih ada yang memanfaatkan situasi ini dengan curang seperti penimbunan masker, handzanitizer dan banyak lagi. Tapi dibalik pandemic ini ada hikmah yang lupa kita syukuri. Dimana bumi berangsur membaik karena pembatasan aktivitas manusia.
   Dikesempatan kali ini saya lebih sepakat kepada beberapa kelompok religius yang mengatakan kalau pandemi ini adalah teguran dari tuhan. Bahwa setiap kejadian ada hikmahnya. Mungkin saat kita sedang diperhadapkan dengan teguran atas keserakahan kita terhadap bumi yang telah menghidupi manusia sejak generasi pertama sampai saat ini. Kita yang selama ini terus-terusan dalam meningkatkan kemakmuran hidup tapi mengenyampingkan keselamatan bumi dan habitatnya. Mengutip quote dari Eric Wainer “ketika pohon terakhir ditebang, ketika sungai terakhir dikosongkan, ketika ikan terakhir ditangkap,barulah manusia akan menyadari bahwa uang tidak bisa dimakan”.
   Dibalik pandemi ada bumi yang pulih. Semoga badai cepat berlalu dan kesalahan yang lalu sudah harus berlalu. Bahwa setelah ini kita harus bergerak bersama melestarikan. Jika berat setidaknya jangan merusak dan terus mengumandangkan jagalah alam sekitarmu, itu sudah sangat membantu.
    Semoga kita semua adalah orang-orang yang senang melihat bumi sehat. Adalah orang-orang yang peduli dampak panjang terhadap setiap perlakuan kita terhadap bumi. Adalah orang-orang yang panik ketika bumi sedang tidak diperlakukan dengan sewajarnya. Dan adalah orang-orang yang mengenyampingkan kemaslahatan pribadi atau golongan daripada kemaslahatan bersama. Tidak mudah tapi juga tak sulit. Mulailah dari diri sendiri.

Read More

Senin, 06 April 2020

puisi '' nanti kita cerita sepi ini''

nanti kita cerita sepi ini

nanti kita cerita
tentang kita yang berdaptasi
merangkul hari yang berhasil diduduki sepi
dibalik jiwa rekreasi merontah ingin keluar dalam diri
bahwa semua bukan perkara finansial
harta tak mampu meredam nasib sial
bahwa bencana akan menggagalkan segala rencana
kita hanya perlu perbanyak mengkomsumsi rasa syukur
benahi diri dan kesalahan kemarin sudah harus gugur
karena hari esok tak bisa kita ukur
nanti kita cerita lagi
tentang perjuanganku mengalahkan rindu
yang sedari tadi mengusulkan temu
bahwa ini bukan cuma aku dan kamu
yang memendam jenuh di rumah melulu
tapi semua
semua pasti sedang diujung nestapa
susah hati merindu bercanda disatu meja makan yang sama
nanti kita cerita
tentang apa yang membuatku kalah
kalah sekaligus lelah
atas jarak yang kini bukan lagi sekedar batas
bukan lagi sepi yang mampu diretas
bahwa setiap jumpa harus kubuat berkualitas
meski akhirnya harus lepas
meski lagi-lagi aku cemas



Read More

Selasa, 24 Desember 2019

puisi ''rindu dipenghujung malam''


rindu dipenghujung malam

Angin kembali mengelambui tubuh
Desir-desirnya menjelma bunga kebaikan
Mencoba mendamaikan rindu yang bangun dari mimpi buruk
Terpuruk dari tidur yang beralas sabar
Yang sudah hampir terkeruh surut
Jika malam benar-benar sunyi ditinggal sang sore
Telinga siapa yang siap menampung bunyi keluhnya
Mulut siapa yang siap merakit kalimat-kalimat penyemangat untuknya
Oh tidak
Barangkali aku terlalu menyepelekan
Mungkin dia tidak seremeh aku
Yang tak mampu menjinakkan rindu yang begitu riuh
Yang tak sanggup memagari temu untuk berteduh dahulu
Ahh sudahlah
Mungkin aku dan malam benar-benar senasib
Petualang yang tak tau jalan pulang
Yang tak mempan jika ditinggal sendirian
Tapi tak apa
Akan kusampaikan pesanku pada sepoi angin malam
Yang telah kusisipkan sebuah kecupan
Kuharap mendarat tepat  didaratan keningmu
Akan kulipat jarak dengan menyusup diantara bunga tidurmu
Kubuat mimpimu menjadi angkasa bertabur kelap-kelip bintang

Read More

Break

View More

Life Style

View More

Sport

View More

Fun

View More

Mengenai Saya

Foto saya
Makassar, Sulsel, Indonesia

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Pengikut

Total Tayangan Halaman

List Labels

banner here

Ads Here

ads here